Live Streaming

Rabu, 09 Juni 2010

tafsir surat Al-Ikhlas

Tafsir Surat Al-Ikhlash
Selasa, 15 Nopember 2005 13:54:04 WIB
TAFSIR SURAT AL-IKHLASH
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bismillahirrahmaanirrahiim
Allah berfirman.
Artinya :
â€oeKatakanlah : â€oeDialah Allah, Yang Maha Esa― [Al-Ikhlash : 1]
â€oeAllah adalah Ilah yang bergantung kepadaNya segala urusan― [Al-Ikhlash : 2]
â€oeDia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan― [Al-Ikhlash : 3]
â€oeDan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia― [Al-Ikhlash : 4]
Mengenai â€oebasmalah― telah berlalu penjelasannya.
Sebab turunnya surat ini adalah, ketika orang musyrik atau orang Yahudi berkata kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : â€oeBeritakan kepada kami sifat Rabb-mu!― Kemudian Allah Ta’ala
menurunkan surat ini [1]
Qul = â€oeKatakanlah―. Pernyataan ini ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
umatnya. â€oeHuwa Allahu ahad― = â€oeDialah Allah Yang Maha Esa―. Menurut ahli I’rab, huwa
adalah dhamir sya’n, dan lafdzul jalalah Allah khabar mubtada dan â€oeAhadun― khabar kedua.
‘Allahu Ash-Shomad’ kalimat tersendiri. â€oeAllahu Ahadun― Yakni, Dia adalah Allah yang selalu
kamu bicarakan dan yang selalu kamu memohon kepada-Nya. â€oeAhadun―. Yakni, Yang Maha Esa dalam
kemuliaan dan keagungan-Nya, yang tiada bandingan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia Maha Esa
dalam kemuliaan dan keagungan. â€oeAllahu Ash-Shomad― adalah kalimat tersendiri Allah Ta’ala
menjelaskan bahwa dia Ash-Shomad. Makna yang paling mencakup iallah Dia mempunyai sifat yang
sempurna yang berbeda dengan semua mahkhluk-Nya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ash-Shomad ialah yang sempurna Keilmuan-Nya, Yang sempurna
Kesantunan-Nya, Yang sempurna Keagungan-Nya, Yang sempurna Kekuasaan-Nya. Sampai akhir
perkatan-Nya [2]. Ini artinya bahwa Allah Ta’ala tidak membutuhkan makhluk karena Dia Maha
Sempurna. Dan juga tertera dalam tafsir bahwasanya As-Shamad ialah yang menangani semua urusan
makhlukNy-Nya. Artinya, Bahwa seluruh makhluk sangat bergantung kepada Allah Ta’ala. Jadi, arti yang
paling lengkap ialah : Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya dan seluruh makhluk sangat bergantung
kepada-Nya.
â€oeLam yaalid―. Bahwa Allah Azza wa Jalla tidak mempunyai anak karena Dia adalah Dzat Yang Maha
Halaman 1
almanhaj.or.id
Muali dan Maha Agung, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Seorang anak adalah sempalan dan bagian dari
orang tuanya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fathimah Radhiyallahu
‘anha.
â€oeArtinya : Ia adalah bahagian dari diriku― [3]
Allah Azza wa Jalla tidak ada yang serupa dengan-Nya. Anak merupakan salah satu kebutuhan manusia, baik
untuk memenuhi kebutuhan dunia maupun untuk menjaga kesinambungan keturunan. Allah Azzan wa Jalla
tidak memerlukan itu semua. Dia juga tidak dilahirkan karena tidak ada yang serupa dengan-Nya dan Allah
Azza wa Jalla tidak memerlukan seorang dari makhluk-Nya. Allah telah mengisyaratkan bahwa mustahil
bagi-Nya mempunyai anak, seperti dalam firman-Nya.
â€oeArtinya : Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri ? Dia menciptakan segala
sesuatu ‘ dan Dia mengetahui segala sesuatu― [Al-An’am : 101]
Seorang anak membutuhkan orang yang melahirkannya.
Demikianlah, Allah adalah Dzat Yang Menciptakan segala sesuatu. Jika Allah menciptakan segala sesuatu
berarti Dia terpisah dari makhluk-Nya.
Dalam firman-Nya : Lam yaalid― = â€oetidak beranak― merupakan bantahan terhadap tiga kelompok anak
Adam yang menyimpang. Mereka adalah orang Musyrik, orang Yahudi dan orang Nasrani. Orang musyrik
meyakini bahwa malaikat yang mereka itu ‘Ibadur Rahman’ berjenis perempuan. Mereka mengatakan
bahwa malaikat tersebut adalah anak perempuan Allah. Orang Yahudi mengatkan ‘Uzair adalah anak Allah,
dan orang Nasrani mengatakan Al-masih adalah anak Allah. Kemudian Allah mengingkari mereka semua
dengan firman-Nya â€oeLam yaalid wa lam yuu lad― = â€oeDia tiada beranak dan tiada pula diperanakan―,
karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Pertama, tidak ada sesuatu yang mendahului-Nya, bagaimana
mungkin dikatakan bahwa Dia dilahirkan.
Firman Allah.
â€oeArtinya : Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia― [Al-Ikhlash : 4]
Yaitu tidak ada sesuatu pun yang menyamai seluruh sifat-sifat-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
menafikan Dirinya mempunyai ayah atau Dia dilahirkan atau ada yang semisal dengan-Nya.
Sureat ini mempunyai keistimewaan yang sangat agung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
â€oeArtinya : Bahwa ia (surat Al-Ikhlash) menyamai sepertiga Al-Qur’an― [4]
Surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an tetapi tidak dapat menggantikan sepertiga Al-Qur’an tersebut.
Dalilnya, kalau seorang membaca surat ini sebanyak tiga kali di dalam shalat, masih belum mencukupi
sebelum ia membaca surat Al-Fatihah. Padahal jika ia membacanya tiga kali, seolah-olah ia membaca semua
Al-Qur’an, tetapi tidak dapat mencukupinya. Jadi, kamu jangan heran ada sesuatu yang sebanding tetapi
tidak mencukupi. Misalnya sabda Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Barangsiapa membaca :
â€oeArtinya : Tiada ilah yang berhak disembah kecuali hanya Allah yang tiada sekutu bagi-Nya,
kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu―
Halaman 2
almanhaj.or.id
Seakan-akan ia telah membebaskan empat orang budak dari keuturunan Isma’il atau dari anak Ismail―
[5]
Padahal jika ia berkewajiban untuk membebaskan empat orang hamba, dengan mengatakan dzikir ini saja
tidak cukup untuk membebaskan dirinya dari kewajiban membebaskan hamba tersebut. Oleh karena itu, sam
bandingnya sesuatu belum tentu dapat menggantikan posisi yang dibandingkan.
Surat ini dibaca Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada raka’at kedua shalat sunnah Fajr, shalat
sunnah Maghrib dan shalat sunnah Thawaf [6]. Begitu juga beliau membacanya dalam shalat witir [7], karena
surat ini merupakan landasan keikhlasan yang sempurna kepada Allah, inilah sebabnya dinamai dengan surat
Al-Ikhlash.
[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]
________
Foot Note
[1]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad (5/133), At-Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab : Surat Al-Ikhlash, no.
(3364)
[2]. Hadits riwayat Ath-Thabrany dalam Tafsirnya (30/346). Dan Al-Baihaqy dalam Asma Wash Shiafat hal.
58-59
[3]. Hadits riwayat Al-Bukhary dalam kitab Fadhilah Para Sahabat, bab : Budi pekerti kerabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Fatimah Radhiyallahu ‘anha no. (3714). Dan Muslim dalam kitab
Fadhilah Para Sahabat, bab : Fadhilah Putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, no (2449) (93).
[4]. Hadits riwayat Al-Bukhary dalam Kitab Fadhilah Al-Qur’an, bab : Fadhilah â€oeQul Huwa Allahu
Ahad― no. (5015) Dan Muslim dalam kitab Shalat Para Musafir, bab : Fadhilah membaca â€oeQul Huwa
Allahu Ahad―, no. (811) (30)
[5]. Hadits riwayat Muslim dalam kitab Dzikir, bab : Fadhilah Tahlil, no. (2693) (30)
[6] Telah disebutkan takhrijnya.
[7]. Hadits riwayat At-Tirmidzi, dalam Bab-bab Witir, bab : Bacaan yang dibaca dalam shalat witir, no. (463).
Ia berkata : â€oehadits ini hasan gharib―.
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1665&bagian=0
(taken from http://almanhaj.or.id)
Halaman 3

0 komentar:

Posting Komentar